''Sebenarnya PSPS sudah tidak layak untuk mengikuti kompetisi karena memang nggak punya dana lagi. Sebaiknya dijual saja. Banyak kok yang mau beli dan ngurusin. Tinggal masalah harga saja," ujarnya.
Langkah Bupati Kampar Jefry Noer yang berupaya menyelamatkan PSPS tidak membuahkan hasil. Bahkan Askar Bertuah bertambah kacau.
''Bupati pinginnya menang saja baru gaji dibayar. Kalau kalah nggak mau tahu,'' ungkapnya.
Misalnya saat PSPS kalah melawan Persib Bandung, Jefry kecewa. ''Saya bilang, wajar saja kalah. Gimana mau menang jika Persib Bandung mampu membayar gaji pemainnya hingga ada yang seharga Rp5 miliar,'' ujarnya.
Menurut Mundari upaya penyelamatan yang dilakukan Jefry Noer dengan memindahkan markas PSPS dari Stadion Kaharuddin Nasution di Pekanbaru ke Tuanku Tambusai, Bangkinang, Kampar membawa persoalan baru lagi.
Pasalnya, lanjut Mundari, pihak Stadion Kaharuddin Nasution sudah tidak mengizinkan PSPS untuk kembali lagi ke markas awalnya.
Lantas, dengan berbagai kondisi ini apakah PSPS bisa menyelesaikan kompetisi Indonesia Super League (ISL). ''Bisa sih bisa. Melanjutkan kompetisi hingga musim depan juga bisa. Tapi ya dengan materi pemain seadanya,'' ungkapnya.
Padahal, sayang jika Riau tidak punya klub sepakbola karena Riau punya modal besar untuk itu. Pertama adanya dua stadion di Pekanbaru. Yakni Kaharuddin Nasution di Rumbai dan Stadion Utama PON dengan kapasitas lebih dari 40 ribu penonton. Belum lagi, supporter PSPS yang jumlahnya sudah mencapai belasan ribu orang. (MetroTV)
