Hingga tadi malam, Mabes Polri belum mengeluarkan izin keramaian untuk kompetisi ISL
. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri menjelaskan, jajaran Polri masih harus mempertimbangkan segala konsekuensi atas pemberian izin kepada pihak penyelenggara.
"Ya, kami memang sudah terima surat permohonan dari mereka minggu lalu. Tapi, sampai saat ini belum ada putusan apa pun," kata Boy di kantornya kemarin petang.
Menurut Boy, kejelasan pemberian izin belum dapat dilakukan dalam waktu dekat. Sebab, Polri tidak mau mengambil risiko memberikan izin pertandingan mengingat potensi yang muncul dalam sebuah pertandingan sepak bola. Mulai keramaian, hingga potensi kericuhan yang timbul. Ini mengingat kompetisi ISL memiliki pesaing.
"Kalau ada apa-apa, siapa yang akan bertanggung jawab? Kami tentu pertimbangkan itu," kata mantan Kapolres Pasuruan, Jawa Timur itu.
Bagaimana jika ISL tetap menghelat pertandingan? Boy menjelaskan, Polri akan bertindak persuasif. Hal serupa akan diterapkan pada kompetisi saingan ISL, yakni Indonesian Premier League (IPL).
"Permohonan untuk menggelar IPL juga sudah masuk. Sama juga belum kami acc. Nanti jika masih ngotot untuk gelar, tidak akan kami bubarkan. Kami hanya akan memberikan pemahaman, intinya mencari solusi bersama," katanya.
Boy menjelaskan, sebetulnya Polri ingin memfasilitasi keduanya untuk menghelat kompetisi. Apalagi, menurut dia, sepak bola adalah olahraga yang dicintai setiap elemen masyarakat, termasuk anggota Polri. "Siapa sih yang tidak cinta sepak bola. Tentu kami juga ingin memfasilitasi, tapi sabarlah. Izinnya masih digodok," ujarnya.
Perizinan kompetisi dibutuhkan karena ada massa dan digelar di lokasi publik. Idealnya, sebuah izin diajukan sebulan sebelum acara. Izin untuk acara berlevel nasional akan dikeluarkan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Mabes Polri. "Sampai sore ini kami belum mendapat tembusan dari intel. Jadi, masih diproses di sana," tutupnya
. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri menjelaskan, jajaran Polri masih harus mempertimbangkan segala konsekuensi atas pemberian izin kepada pihak penyelenggara.
"Ya, kami memang sudah terima surat permohonan dari mereka minggu lalu. Tapi, sampai saat ini belum ada putusan apa pun," kata Boy di kantornya kemarin petang.
Menurut Boy, kejelasan pemberian izin belum dapat dilakukan dalam waktu dekat. Sebab, Polri tidak mau mengambil risiko memberikan izin pertandingan mengingat potensi yang muncul dalam sebuah pertandingan sepak bola. Mulai keramaian, hingga potensi kericuhan yang timbul. Ini mengingat kompetisi ISL memiliki pesaing.
"Kalau ada apa-apa, siapa yang akan bertanggung jawab? Kami tentu pertimbangkan itu," kata mantan Kapolres Pasuruan, Jawa Timur itu.
Bagaimana jika ISL tetap menghelat pertandingan? Boy menjelaskan, Polri akan bertindak persuasif. Hal serupa akan diterapkan pada kompetisi saingan ISL, yakni Indonesian Premier League (IPL).
"Permohonan untuk menggelar IPL juga sudah masuk. Sama juga belum kami acc. Nanti jika masih ngotot untuk gelar, tidak akan kami bubarkan. Kami hanya akan memberikan pemahaman, intinya mencari solusi bersama," katanya.
Boy menjelaskan, sebetulnya Polri ingin memfasilitasi keduanya untuk menghelat kompetisi. Apalagi, menurut dia, sepak bola adalah olahraga yang dicintai setiap elemen masyarakat, termasuk anggota Polri. "Siapa sih yang tidak cinta sepak bola. Tentu kami juga ingin memfasilitasi, tapi sabarlah. Izinnya masih digodok," ujarnya.
Perizinan kompetisi dibutuhkan karena ada massa dan digelar di lokasi publik. Idealnya, sebuah izin diajukan sebulan sebelum acara. Izin untuk acara berlevel nasional akan dikeluarkan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Mabes Polri. "Sampai sore ini kami belum mendapat tembusan dari intel. Jadi, masih diproses di sana," tutupnya